Yaspida 25 April 2022, telah dilaksanakan kegiatan rutin tahunan yaitu yaspida peduli, dengan tema Silaturahmi Kebhinekaan Di Bulan Ramadhan “Para Kyai, Guru Ngaji bersama POLRI dalam upaya memperkokoh ketahanan nasional dan guna mempererat persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.
Hadir dalam acara tersebut Wakil Bupati Kabupaten Sukabumi, Muspida dan Muspika Kabupaten Sukabumi, Kyai dan Ulama Kota/Kab Sukabumi dan Cianjur, Ketua Suriah Kabupaten Sukabumi, ketua Tanfidziyah Kabupaten Sukabumi, dan Lembaga-lembaga NU, serta masyarakat dan guru ngaji wilayah Kota/Kab Sukabumi dan Cianjur.
Dalam sambutan nya Pimpinan Pondok Pesantren Dr. KH. E.S Mubarok, MSc., M.M., guru ngaji di kampung kerap terabaikan sebagai penerima bantuan. Padahal, profesi pengajar non formal tersebut memiliki andil besar dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak bangsa.
Ada segmen yang sering terlewati, terabaikan, yaitu guru-guru ngaji, sebagai penerima bansos pemerintah. Beliau-beliau memang tidak meminta, tetapi juga kita sebagai orang yang pernah atau terus mendapatkan ilmu, bimbingan dari guru-guru ngaji ini, sudah sepatutnya kita semua memperhatikan keberadaan dan keadaan mereka, Pimpinan pondok pesantren mengajak seluruh elemen masyarakat yang pernah belajar ilmu agama bersama guru ngaji di mushola atau majelis taklim, agar memperhatikan kondisi para guru ngaji tersebut, “Ayo sama-sama kita datangi guru-guru ngaji kita, bawa apa yang bisa kita persembahkan”. Meskipun yang kita beri belum tentu dapat membalas jasa mereka yang sudah membimbing kita sampai hari ini, memberikan bekal kita sampai hari ini,
Point yang di bahas oleh pimpinan pondok pesantren diantaranya :
- peran ulama dalam bangsa ini menjadi kontrol terhadap pemerintah sehingga memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa,
- dengan memelihara kebhinekaan merupakan bekal untuk generasi yang akan datang, menjadikan benteng yang kuat sebagai pertahanan nasional, dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Ke depan, menjadikan bangsa Indonesia tidak dapat digoyahkan,” ungkap pimpinan pondok pesantren.
Ditambahkan, untuk mempertebal kekuatan dan menambah pertahanan nasional, dapat dilakukan dengan cara memperkokoh masjid atau tempat ibadah lain, serta menjadi contoh teladan dalam berbangsa,” ungkap pimpinan pondok pesantren.
Disamping itu sambutan kedua oleh Wakil Bupati Sukabumi H.Iyos Somantri menambahkan bahwa kita sadari kebhinekaan ini sejatinya merupakan rahmat dan karunia dari allah swt yang dimiliki bangsa dan negara indonesia. Jadi sudah sepatutnya segenap warga masyarakat ini memiliki rasa bangga dengan keberagaman suku, adat-istiadat, bahasa, pakaian, agama dan lainnya yang disatukan dalam bahasa persatuan bahasa indonesia dan dalam bangsa yang satu bangsa indonesia.
Pada saat sekarang ini, merangkul kembali komunitas atau kelompok yang menolak takdir indonesia bhineka tunggal ika menjadi pekerjaan yang patut diprioritaskan. Sebab, teror terhadap negara sudah menjadi ancaman nyata yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, tidak mustahil terjadi pula di daerah kita.
Sejatinya bahwa masalah atau isu, teror dan rongrongan itu tidak baru, benihnya sudah ada dari sejak lama dan sulit untuk dihilangkan. Akan tetapi, saya atas nama pemerintah kabupaten sukabumi mengajak kepada semua komponen untuk berusaha keras dalam menetralisir berbagai persoalan tersebut sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya masing-masing.
Melalui silaturahmi kebhinekaan ini, saya yakini sedikit-banyaknya bisa memberikan warna dalam ikhtiar penguatan kebhinekaan dengan muatan nilai, norma, dan moral berbasis keagamaan. Insya allah ikhtiar di bulan suci ramdhan ini dapat mendatangkan keberkahan dan semoga dapat ditemukannya beberapa formula tepat dan efektif dalam meminimalisir terjadinya permasalahan kebhinekaan selama ini, ungkap beliau dalam sambutannya”.
Selain itu Rektor Institut Agama Islam Sukabumi (IAIS) Prof. Dr. KH. Zainal Abidin, M.Ag. mengucapkan sanga-sangat berterimakasih dalam kesempatan ini dimanfaatkan beliau untuk bersilaturahim kepada para kyai ulama dan guru ngaji, suasana nostalgia tentunya hadir pada setiap momen silaturahmi, dalam sambutannya menekankan pentingnya mempertahankan harga diri bangsa dengan mengumpamakan asinnya air laut. Air laut selalu konsisten dengan keasinannya, tidak mudah terintervensi oleh air sungai dan derasnya air hujan yang tawar. Air laut juga tidak mau membuat asin mahluk hidup lain yang ada didalamnya.
Dalam artian, air laut bisa menjadi contoh agar manusia juga harus punya pendirian yang kuat, bisa saling menghargai dan menghormati tanpa mengintervensi, memaksakan kehendak pada orang lain, “Ungkap Beliau”.
Photo Kegiatan :
Redaksi : Rahman Ramdhani, S.T
Photo : Aghy Sugilar, S.H dan Nilam Cahya S.Pd